Senin, 21 September 2015

Bila Pesawat Siluman PAKFA Rusia Berhadapan dengan J-20 China



Rusia dan China kini memiliki hubungan yang sangat dekat karena keduanya memiliki tujuan yang sama dan bekerjasama membatasi pengaruh AS dikancah global. Namun hubungan antara dua kekuatan besar tersebut tidak selamanya berlangsung hangat.

RRC dan Uni Soviet pernah terlibat dalam perang yang tidak dideklarasikan pada 1969 dengan tujuan membentuk blok komunis monolitik. Sementara paska Uni Soviet runtuh, China dan Rusia kemudian saling bekerja sama, sehingga selalu ada kemungkinan dimasa mendatang keduanya memiliki kepentingan yang saling bertentangan. Sehingga konflik antara kedua negara bisa saja terjadi dengan kekuatan udara memainkan peran penting.

Saling berhadapan antara Sukhoi T-50 PAK-FA dengan Chendu J-20 China akan sangat tergantung pada jenis konflik yang terjadi. Jelas PAK-FA merupakan pesawat tempur superioritas, sedangkan posisi pesawat tempur J-20 belum terlalu jelas.

Bila terjadi perang di timur jauh Rusia dimana konflik dengan China kemudian terjadi, jarak akan menjadi faktor penting. Meski tidak ada informasi spesifik yang tersedia mengenai kinerja J-20 maupun PPAK-FA, namun ukuran badan pesawat China bisa dibilang jauh lebih panjang. Sehingga pesawat kemungkinan memiliki muatan yang jauh lebih besar. J-20 Secara keseluruhan bisa menjadi mesin yang sangat handal bila digunakan sebagat pesawat tempur pemburu.

Sulit untuk mengungkap apa yang akan terjadi jika dua pesawat saling berhadapan dalam sebuah pertempuran udara. Belum ada contoh dmana dua pesawat siluman saling berhadapan dalam sebuah duel udara. Hingga kini Lockheed Martin F-22 Raptor merupakan satu-satunya pesawat tempur siluman yang beroperasi di dunia. Pesawat sebelumnya seperti F-117 dan B-2 jelas dioptimalkan untuk melakukan serangan udara ke darat.

Jika J-20 dan PAK-FA terbukti tidak terdeteksi radar, pertempuran udara mungkin akan berlangsung secara dogfight dalam jarak visual, dengan asumsi dua kekuatan yang berlawanan bisa menemukan satu sama lain.

Sebagian beranggapan radar frekuensi rendah akan mampu mendeteksi pesawat tempur siluman dengan tepat. Namun pesawat tempur Rusia dan China mungkin bisa menemukan lokasi satu sama lain menggunakan kemampuan pencarian dan pelacakan infra merah. Namun data yang tidak akurat dari sensor inframerah kerap menimbulkan masalah dan belum jelas apakah Rusia atau China bisa mengarahkan senjata dengan tepat mengandalkan sensor tersebut, sehingga masing-masing hanya mampu menembak dari jarak tertentu.

Artinya dua kekuatan yang bermusuhan harus bertarung secara dogfight atau mode visual. Kerugian besar tentu saja akan dialami J-20 yang ditenagai mesin berbasis Sukhoi Su-27. Bila dibandingkan dengan PAK-FA, mesin pendorong J-20 sangat lemah dan tidak memiliki energi yang cukup untuk menghajar PAK-FA. Selain itu PAK-FA memiliki mesin jet thrust venctoring tiga dimensi yang mampu membuatnya terbang dengan kecepatan rendah.

PAK-FA Rusia jelas lebih unggul dari segi performa, radius dan sudut serang yang tinggi dibanding J-20. Namun bila kedua pesawat memiliki misil high off-boresight dan sistem helmet-mounted dengan sedikit keberuntungan, J-20 bisa saja menembak jatuh PAK-FA. Ini semua murni spekulasi dan ada kemungkinan tetap seperti itu. Perang yang terjadi antara Rusia dan China bukan sesuatu yang baik bagi negara manapun didunia, karena bisa menyeret kekuatan lain sehingga konflik menjadi lebih luas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar