Selasa, 23 Desember 2014

Kisah Asmara Terlarang Militer Israel dan China



Pesawat tempur China J-10, Foto: Associated Press

Lavi merupakan pesawat tempur bomber Israel yang awalnya dirancang sebagai senjata paling mematikan diudara. Namun setelah Israel menghentikan proyek yang sebagian besar didanai AS terungkap, rencana pengembangan Lavi yang mengandung sejumlah teknologi rahasia milik AS ternyata dijual Israel kepada China. ini memungkinkan China membangun pesawat tempur generasi baru versi mereka sendiri.


Transfer ilegal rencana pengembangan pesawat Lavi dari Tel Aviv ke Beijing pertama kali diketahui Pentagon setelah satelit pengintai AS yang mengorbit diatas China melihat beberapa pesawat tempur baru dilandasan pacu tradisional angkatan udara China yang digunakan untuk pengujian dan evaluasi prototipe pesawat udara.

Ahli citra radar dari CIA kemudian membuat sketsa kasar pesawat tempur tersebut dan memproses data grafis melalui superkomputer berkecepatan tinggi untuk memperoleh wujud tiga dimensi dari pesawat tempur yang ditemukan satelit di China.

Para pejabat CIA yang ahli dalam bidang teknologi penerbangan tercengang pada gambar 3D yang dihasilkan komputer. Jet tempur terbaru China ternyata merupakan salinan dari Lavi Israel yang modelnya berbasis pesawat tempur multi peran F-16 Fightig Falcon buatan AS.

Meski kontraktor utama yaitu Israel Aircraft Industries (IAI) merupakan produsen utama persenjataan dan teknologi pertahanan milik Isreal, namun hampir 90 persen proyek Lavi didanai oleh Pentagon. Ini merupakan salah satu aspek menakjubkan dari kisah pesawat AS-Israel yang kemudian berevolusi menjadi senjata paling ampuh digudang militer China.

Program Lavi sebagaimana dipahami para perencana militer Israel dan para pendukungnya di Pentagon dan kongres pada awal tahun 1980, dimaksudkan sebagai hadiah yang sangat spesial dari AS kepada bangsa Israel. Pentagon bahkan sama sekali tidak berniat menggunakan Lavi untuk armada penerbangan militernya.

Pemikirian para pejabat departemen AS kala itu, AS telah menyediakan Israel berbagai pesawat tempur terbaik termasuk F-4 Phantom, F-15 Eagles dan F-16 Fighting Falcon selama dua dekade dan sudah saatnya memberikan negara Yahudi tersebut kemampuan membangun sendiri pesawat tempur.

Para pejabat militer AS hanya punya sedikit waktu memutuskan pesawat tempur mana yang dijadikan model untuk Lavi, hingga akhirnya memilih F-16 Fighting Falcon. F-16 merupakan pesawat tempur AS yang paling diminati oleh pemerintah asing, kerena desain yang kompak, mumpuni dalam bermanuver serta terbukti kemampuannya dalam pertempuran.

Foreign military sales official di departemen pertahanan AS pada dasarnya menoleransi mismanagement Israel terhadap program persenjataan AS. Namun keterlambatan, membengkaknya biaya dan kelakuan IAI yang terang-terangan mencap avionik Lavi buatan AS sebagai Made in Israel membuat Pentagon akhirnya menghentikan program tersebut.

Departemen pertahanan AS kemudian menghentikan secara resmi pengiriman uang ke Israel untuk program Lavi pada tahun 1987, setelah para wajib pajak AS membayar sekitar 1,5 milyar USD untuk mendanai proyek itu. Program secara efektif terhenti setelah arus kas terganggu, namun Israel telah memperoleh dua prototipe Lavi yang berfungsi penuh.

Saat program Lavi berlangsung, China berulang kali memulai pembicaraan dengan para pejabat AS mengenai pembelian F-16. Permintaan ini selalu ditolak, karena pejabat pertahanan AS khawatir kepemilikan China terhadap F-16 bisa mengganggu hubungan Beijing dengan negara tetangga, terutama Taiwan, India, Rusia, Jepang dan Filipina.

Namun China ternyata juga memprakarsai pembicaraan dengan Israel tanpa diketahui para pejabat AS. Hasilnya menurut laporan penyelidikan angkatan udara AS berklasifikasi rahasia yang diperoleh Washington Post untuk artikel Middle East Affair, Lavi versi China yang dijuluki J-10 oleh NATO dibangun dalam jumlah besar hingga tahun 2003 dan dilengkapi dengan radar anti pesawat siluman.

Saat itu pesawat paling canggih China merupakan salinan pesawat tempur Rusia MiG-21 Fishbed yang relatif lambat, berdaya jangkau pendek dan pertama kali melayani angkatan udara pada 1956.

Morton Miller analis militer pensiunan departemen intelejen AS pernah melacak penjualan senjata Israel lain ke Beijing yang beberapa diantaranya melibatkan ekspor ilegal sejumlah sistem persenjataan canggih milik AS lain. Kepada wartawan ia mengungkapkan, hubungan pertahanan yang erat antara Israel dan China terjadi pada pertengahan 1980-an dan melibatkan transfer senilai lima miliar USD untuk komputer buatan AS, elektronik teknologi tinggi dan peralatan manufaktur canggih yang digunakan untuk membuat rudal jarak jauh, senjata nuklir dan senjata pemusnah massal lain.

Departemen pertahanan Israel diluar angka tersebut secara resmi mengakui bekerjasama dengan China untuk memproduksi bersama sebuah pesawat tempur canggih, namun menyangkal salah satu teknologi Lavi digunakan untuk F-10 China. Sementara dokumen IAI tertanggal mulai tahun 1985 mengungkap peran besar Pentagon dalam membantu pembangunan Lavi dan mengakui, sekitar 50 persen dari Lavi dibangun di AS dan program ini ddidudukung oleh kemampuan tidak kurang dari 120 perusahaan AS.

Sumber Pentagon dalam artikel Middle East Affair mengungkapkan, ketika William Perry menteri pertahanan AS menghadapkan perdana menteri Israel Yitzhak Rabin pada tuduhan mengenai transfer sejumlah besar teknologi pesawat tempur siluman AS dari Tel Aviv ke China, Rubin berjanji mengatasi masalah tersebut hingga kemudian terbunuh pada 4 November 1995.

Mantan direktur CIA James Woosley R kepada senat AS pada akhir 1993 mengungkapkan, dirinya terkejut oleh kemitraan militer antara Tel Aviv dan Beijing dan secara resmi menuduh Israel secara Ilegal memasok teknologi pertahanan dari sumber dibarat kepada China. Woosley menambahkan, dirinya yakin China mencari dari Israel teknologi militer canggih yang tidak diberikan oleh AS dan perusahan-perusahaan barat.

Woosley juga mengungkapkan, Israel telah menjual teknologi militer ke China selama lebih dari satu dekade dengan nilai penjualan mencalai milyaran USD. China mengandalkan keahlian Israel untuk membuat radar udara canggih yang melibatkan teknologi super rahasia yang telah dipercayakan kepada Israel dalam proyek produksi bersama, program pertahana misil Arrow yang juga didanai   sebagian besar oleh AS.

2 komentar:

  1. Proyek LAVI bukan proyek Amerika untuk Israel tapi proyek Israel sendiri. Proyek LAVI dijual ke RRC bukan karena Pentagon tidak tahu tapi karena Pentagon sendiri yang menghentikan dana pengembangan proyek LAVI. Malahan proyek F-16 itu berbarengan dengan proyek LAVI. Ada dugaan proyek F-16 itu adalah proyek LAVI yang sebenarnya. Pentagon takut LAVI menyaingi penjualan F-16 di pasar dunia. Pentagon mengetahui bahwa Israel menjual proyek LAVI ke China karena itu adalah proyek dari dan untuk Israel sendiri.

    Nilai penjualan LAVI itu digunakan untuk pembangunan militer dan pertahanan Israel. Jadi bukannya Pentagon tidak tahu dan hanya keberatan. Tanpa bisa berbuat apa-apa. Karena LAVI adalah proyek Israel sendiri.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dan semua proyek siluman dalam konstruksi pesawat terbang, tank dan helikopter itu berasal dari teknologi ilmuwan Israel. Sehingga semua produk militer Israel dalam bentuk Drone, Robot, Kapal Tempur, Tank dan Rantis sekarang dibuat dalam bentuk anti radar (siluman)

      Hapus