Kamis, 03 September 2015

Tahun “Kelam” Penggunaan Drone Militer Dalam Perang (Bagian Pertama)



Mungkin banyak yang menyangka penggunaan drone dimedan perang dimulai setelah peristiwa 9 September, namun drone ternyata telah lama digunakan bahkan pada masa perang dunia pertama. Berikut merupakan tahun bersejarah penggunaan mesin terbang tanpa awak. (Artikel dalam dua bagian)

1849 Austria meluncurkan sekitar 200 balon tanpa awak yang dipasangi bom untuk menyerang kota Venice.
1862 Masing-masing pihak yang terlibat dalam perang saudara di AS menggunakan balon tanpa awak untuk pengintaian dan pengeboman.
1916 Angkatan udara Inggris mengambil alih 19.000 foto udara dan mengumpulkan 430.000 hasil cetak dalam perang Somme yang berlangsung selama lima bulan.
1943 Glide Bomb GB-1 dikembangkan untuk menerobos pertahanan udara Jerman.  Glider sangat ampuh, mampu mengangkut bom standar seberat 1000 atau 2000 pound dengan sayap dan kemudi terbuat dari kayu serta dikendalikan melalui radio. GB-1 dilepas dari pesawat B-17 dan dipandu oleh seorang bomber untuk mencapai target. Kota Cologne rusak parah setelah diserang ratusan GB-1.
1945 Operasi Aphrodite merupakan salah satu proyek drone paling ambisius dalam perang dunia kedua. Rencannya ialah serangan senyap terhadap laboratorium Jerman dengan benteng terbang B-17 dan bomber B-24 milik Amerika yang dipreteli dan dipenuhi bahan peledak. Seorang kru akan mempiloti pesawat sebelum terjun menggunakan parasut setelah melewati selat Inggris. Kemudian stasiun terdekat yang memperoleh tayangan langsung melalui kamera televisi didalamnya mengambil alih kontrol pesawat. Namun Aprhrodite yang digagas AU dan AL AS dianggap sebagai proyek militer yang gagal.
1946 Divisi pesawat tanpa pilot AU AS  dibentuk untuk mengembangkan tiga jenis drone yang digunakan sebagai target latihan. Dari ketiga pesawat, Q-2 menjadi yang paling penting sebagai drone target latihan.
1964 AS mulai tertarik mengirim drone untuk menggantikan U-2 dalam misi pengitaian di Cuba. Lightning Bugs diterbangkan komando udara strategis AS untuk melakukan pengintaian diarea terlarang ditengah meluasnya perang dingin termasuk dengan Kuba, Korea Utara dan China.
1968 Drone makin sering digunakan dalam pengintaian di Vietnam Utara, mulai bergeser dari hanya sebagai target menjadi platform sensor dari jarak jauh yang mampu memantau situasi didarat.
1973 Philco Ford Corporation mengembangkan penanda laser yang bisa dipasang pada drone Ryan BGM-34B Firebee, dengan tujuan menciptakan drone serang.
1989 DARPA menyisihkan dana untuk mengembangkan GNAT, yang dilengkapi dengan navigasi GPS sehingga memungkinkan berlangsungnya misi tanpa campur tangan manusia hingga 48 jam. Dilengkapi pula dengan infra merah dan kamera low-light sekaligus sensor pergerakan dibawah hidung pesawat.
1994 CIA melanggar aturan akusisi agar GNAT-750 bisa beroperasi dan memulai misi terbang rahasia diatas Bosnia-Herzegovina. Menurut direktur CIA saat itu, dirinya bisa duduk dikantor, menghubungi agennya kemudian memintanya melakukan zoom untuk melihat pesan email yang ditulis seseorang di Albania.
1995 Predator versi turunan GNAT-750 dipamerkan dalam demonstrasi terbang di Fort Bliss. Terkesan dengan kamampuan drone, AU AS langsung mendirikan skuadron UAV pertama bernama Reconnaisance Squadron 11 di Indian Spring Auxilarty Airfield si Nevada yang namanya kemudian berubah menjadi Creech Air Force Base.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar