Pesawat tempur China J-10, Foto: Associated Press |
Lavi merupakan pesawat tempur bomber Israel yang awalnya dirancang sebagai
senjata paling mematikan diudara. Namun setelah Israel menghentikan proyek yang
sebagian besar didanai AS terungkap, rencana pengembangan Lavi yang mengandung
sejumlah teknologi rahasia milik AS ternyata dijual Israel kepada China. ini
memungkinkan China membangun pesawat tempur generasi baru versi mereka sendiri.
Transfer ilegal rencana pengembangan pesawat Lavi dari Tel Aviv ke
Beijing pertama kali diketahui Pentagon setelah satelit pengintai AS yang
mengorbit diatas China melihat beberapa pesawat tempur baru dilandasan pacu tradisional
angkatan udara China yang digunakan untuk pengujian dan evaluasi prototipe
pesawat udara.
Ahli citra radar dari CIA kemudian membuat sketsa kasar pesawat tempur
tersebut dan memproses data grafis melalui superkomputer berkecepatan tinggi
untuk memperoleh wujud tiga dimensi dari pesawat tempur yang ditemukan satelit
di China.
Para pejabat CIA yang ahli dalam bidang teknologi penerbangan tercengang
pada gambar 3D yang dihasilkan komputer. Jet tempur terbaru China ternyata
merupakan salinan dari Lavi Israel yang modelnya berbasis pesawat tempur multi
peran F-16 Fightig Falcon buatan AS.
Meski kontraktor utama yaitu Israel Aircraft Industries (IAI) merupakan
produsen utama persenjataan dan teknologi pertahanan milik Isreal, namun hampir
90 persen proyek Lavi didanai oleh Pentagon. Ini merupakan salah satu aspek
menakjubkan dari kisah pesawat AS-Israel yang kemudian berevolusi menjadi
senjata paling ampuh digudang militer China.
Program Lavi sebagaimana dipahami para perencana militer Israel dan para
pendukungnya di Pentagon dan kongres pada awal tahun 1980, dimaksudkan sebagai
hadiah yang sangat spesial dari AS kepada bangsa Israel. Pentagon bahkan sama
sekali tidak berniat menggunakan Lavi untuk armada penerbangan militernya.
Pemikirian para pejabat departemen AS kala itu, AS telah menyediakan
Israel berbagai pesawat tempur terbaik termasuk F-4 Phantom, F-15 Eagles dan
F-16 Fighting Falcon selama dua dekade dan sudah saatnya memberikan negara
Yahudi tersebut kemampuan membangun sendiri pesawat tempur.
Para pejabat militer AS hanya punya sedikit waktu memutuskan pesawat
tempur mana yang dijadikan model untuk Lavi, hingga akhirnya memilih F-16
Fighting Falcon. F-16 merupakan pesawat tempur AS yang paling diminati oleh
pemerintah asing, kerena desain yang kompak, mumpuni dalam bermanuver serta
terbukti kemampuannya dalam pertempuran.
Foreign military sales official di departemen pertahanan AS pada
dasarnya menoleransi mismanagement Israel terhadap program persenjataan AS.
Namun keterlambatan, membengkaknya biaya dan kelakuan IAI yang terang-terangan
mencap avionik Lavi buatan AS sebagai Made in Israel membuat Pentagon akhirnya
menghentikan program tersebut.
Departemen pertahanan AS kemudian menghentikan secara resmi pengiriman
uang ke Israel untuk program Lavi pada tahun 1987, setelah para wajib pajak AS
membayar sekitar 1,5 milyar USD untuk mendanai proyek itu. Program secara
efektif terhenti setelah arus kas terganggu, namun Israel telah memperoleh dua
prototipe Lavi yang berfungsi penuh.
Saat program Lavi berlangsung, China berulang kali memulai pembicaraan
dengan para pejabat AS mengenai pembelian F-16. Permintaan ini selalu ditolak,
karena pejabat pertahanan AS khawatir kepemilikan China terhadap F-16 bisa mengganggu
hubungan Beijing dengan negara tetangga, terutama Taiwan, India, Rusia, Jepang
dan Filipina.
Namun China ternyata juga memprakarsai pembicaraan dengan Israel tanpa
diketahui para pejabat AS. Hasilnya menurut laporan penyelidikan angkatan udara
AS berklasifikasi rahasia yang diperoleh Washington Post untuk artikel Middle
East Affair, Lavi versi China yang dijuluki J-10 oleh NATO dibangun dalam
jumlah besar hingga tahun 2003 dan dilengkapi dengan radar anti pesawat
siluman.
Saat itu pesawat paling canggih China merupakan salinan pesawat tempur
Rusia MiG-21 Fishbed yang relatif lambat, berdaya jangkau pendek dan pertama
kali melayani angkatan udara pada 1956.
Morton Miller analis militer pensiunan departemen intelejen AS pernah
melacak penjualan senjata Israel lain ke Beijing yang beberapa diantaranya
melibatkan ekspor ilegal sejumlah sistem persenjataan canggih milik AS lain.
Kepada wartawan ia mengungkapkan, hubungan pertahanan yang erat antara Israel
dan China terjadi pada pertengahan 1980-an dan melibatkan transfer senilai lima
miliar USD untuk komputer buatan AS, elektronik teknologi tinggi dan peralatan
manufaktur canggih yang digunakan untuk membuat rudal jarak jauh, senjata nuklir
dan senjata pemusnah massal lain.
Departemen pertahanan Israel diluar angka tersebut secara resmi mengakui
bekerjasama dengan China untuk memproduksi bersama sebuah pesawat tempur
canggih, namun menyangkal salah satu teknologi Lavi digunakan untuk F-10 China.
Sementara dokumen IAI tertanggal mulai tahun 1985 mengungkap peran besar
Pentagon dalam membantu pembangunan Lavi dan mengakui, sekitar 50 persen dari
Lavi dibangun di AS dan program ini ddidudukung oleh kemampuan tidak kurang
dari 120 perusahaan AS.
Sumber Pentagon dalam artikel Middle East Affair mengungkapkan, ketika
William Perry menteri pertahanan AS menghadapkan perdana menteri Israel Yitzhak
Rabin pada tuduhan mengenai transfer sejumlah besar teknologi pesawat tempur
siluman AS dari Tel Aviv ke China, Rubin berjanji mengatasi masalah tersebut
hingga kemudian terbunuh pada 4 November 1995.
Mantan direktur CIA James Woosley R kepada senat AS pada akhir 1993
mengungkapkan, dirinya terkejut oleh kemitraan militer antara Tel Aviv dan
Beijing dan secara resmi menuduh Israel secara Ilegal memasok teknologi
pertahanan dari sumber dibarat kepada China. Woosley menambahkan, dirinya yakin
China mencari dari Israel teknologi militer canggih yang tidak diberikan oleh
AS dan perusahan-perusahaan barat.
Woosley juga mengungkapkan, Israel telah menjual teknologi militer ke
China selama lebih dari satu dekade dengan nilai penjualan mencalai milyaran
USD. China mengandalkan keahlian Israel untuk membuat radar udara canggih yang
melibatkan teknologi super rahasia yang telah dipercayakan kepada Israel dalam
proyek produksi bersama, program pertahana misil Arrow yang juga didanai sebagian besar oleh AS.
Proyek LAVI bukan proyek Amerika untuk Israel tapi proyek Israel sendiri. Proyek LAVI dijual ke RRC bukan karena Pentagon tidak tahu tapi karena Pentagon sendiri yang menghentikan dana pengembangan proyek LAVI. Malahan proyek F-16 itu berbarengan dengan proyek LAVI. Ada dugaan proyek F-16 itu adalah proyek LAVI yang sebenarnya. Pentagon takut LAVI menyaingi penjualan F-16 di pasar dunia. Pentagon mengetahui bahwa Israel menjual proyek LAVI ke China karena itu adalah proyek dari dan untuk Israel sendiri.
BalasHapusNilai penjualan LAVI itu digunakan untuk pembangunan militer dan pertahanan Israel. Jadi bukannya Pentagon tidak tahu dan hanya keberatan. Tanpa bisa berbuat apa-apa. Karena LAVI adalah proyek Israel sendiri.
Dan semua proyek siluman dalam konstruksi pesawat terbang, tank dan helikopter itu berasal dari teknologi ilmuwan Israel. Sehingga semua produk militer Israel dalam bentuk Drone, Robot, Kapal Tempur, Tank dan Rantis sekarang dibuat dalam bentuk anti radar (siluman)
Hapus