Tentara AS di Vietnam |
Tidak lama setelah pedang dan tombak umum digunakan,
prajurit Yunani diabad keenam harus menghadapi masalah. Pasukan infanteri harus
dibebani dengan baju, helm, perisai kayu berlapis perunggu dan besi berujung
tombok hingga lebih dari 32 kg.
Beban yang begitu berat membuat para pasukan sering
menginggalkan mereka begitu saja dimedan perang. Ungkapan Spartan yang terkenal
“Kembalikah dengan perisai dan gagah, ternyata bukan bermaksud mengekspresikan
keberanian, namun itu merupakan himbauan agar pasukan tidak meninggalkan
perlengkapan penting.
Setelah itu senapan mesin kemudian menggantikan
lembing yang berat, namun beban yang harus dibawa pasukan dalam perang belum
banyak berubah secara signifikan. Saat ini masih sama dengan zaman Romawi,
karena kaki tentara harus menahan sekitar 55 persen dari berat badan dalam
peperangan. Meski kevlar jauh lebih ringan dari perunggu, perlengkapan modern
seperti radio, teropong malam dan seluruh baterai yang diperlukan mentenagi
perlengkapan tempur modern turut menjadi beban tambahan bagi tentara.
Lee Mastroianni program manajer Office of Naval Research
mengungkapkan, masalah tersebut sangat penting dituntaskan. Kemampuan untuk
bergerak sangat berkaitan dengan kemampuan untuk bertahan. Sebagai contoh,
selama invasi D-Day Normandia pada perang dunia kedua banyak prajurit angkatan
darat AS tenggelam ketika menyebrang kedarat karena harus membawa beban seberat
40kg.
Kini evakuasi medis tentara yang cedera di Irak dan
Afganistan dua kali lebih banyak karena cedera muskuloskeletal pada lutut dan
punggung dan manjadi alasan nomor satu biaya medis dari militer AS. Namun
teknologi baru kini memberikan solusi dan membantu ilmuan mengembangkan cara
baru meringankan beban bagi tentara, berikut empat teknologi baru tersebut.
Robot Keledai
Binatang mekanik pengangkut beban ini mengkombinasikan
daya tahan, bagasi yang luas, kecepatan dan kepatuhan layaknya hewan peliharaan
dalam perang. Robot dikembangkan oleh Boston Dynamic, perusahaan robot yang
diakusisi Google tahun lalu. mesin robot yang disebut Legged Squad Support
System (LS3) mampu membawa beban lebih dari 400 pound, mematuhi perintah suara
dan menyediakan listrik 500 watt untuk mengisi ulang perangkat mobile terus
menerus.
Robot dapat bergerak lebih dari 9 mil perjam atau dua
mil lebih cepat dibanding barisan devile marinir. Sementara prototipe generasi
berikutnya akan mengganti mesin bensin dan diesel dengan motor elektrik hibrid yang lebih tenang
dibanding jejak manusia. Satu-satunya kendala ialah, tentara harus menunggu
sekitar satu dekade sebelum mereka bisa menjadi pendamping terbaik untuk memperingan
beban mereka. (bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar