Samudera Hindia dan Pasifik semakin disesaki
oleh kapal selam bersenjata nuklir dan konvensional sehingga meningkatkan
risiko terjadinya tabrakan dan konflik nuklir. Peringatan tersebut termuat
dalam paper terbaru yang dirilis hari Jumat oleh Lowy Institute of
International. Menurut paper tersebut, kawasan ini menghadapi ancaman terbesar
akibat salah perhitungan yang melibatkan kapal selam bersenjata nuklir sejak
era perang dingin.
Peper oleh Professor Rory Medcalf dari ANU yang
berbasis di National Security College dan Brendan-Thomas Noone dari Lowy
International Security Program menyebutkan, perebutan pengaruh dikawasan regional
antara AS dan China serta China dan India belum memiliki pengalaman maupun ideologi
sebagai pelaku utama perang dingin. Artinya akan muncul kompetisi bawah
permukaan yang berbahaya bila China dan India khususnya menyebar senjata nuklir
dibawah laut.
Sementara Pakistan dan Korea Utara mengejar kemampuan
lebih sederhana yang melibatkan kapal selam listrik diesel yang membawa senjata
nuklir, namun mampu memunculkan dimensi baru dan tak terduga untuk keamanan
regional.
Profesor Medcalf kepada Austalian Financial
Review mengungkapkan, kapal selam nuklir
dianggap sebagai pelapis serangan selama berlangsung perang dingin antara AS
dan Uni Soviet yang artinya, mereka bertindak sebagai pencegah dari sisi lain terutama
setelah terjadi serangan pertama. Kapal selam bisa bertahan hidup setelah
serangan pertama untuk membalas.
Namun dengan begitu banyak negara dikawasan
memperoleh atau mengoperasikan kapal selam nuklir termasuk AS dan Rusia serta
berseliwerannya kapal selam konvensional, menimbulkan risiko yang lebih besar
terjadinya tabrakan dibawah air. Australia, Vietnam, Filipina, Indonesia dan
Korea Selatan semua memperluas armada kapal selam konvensional.
Selama perang dingin berlangsung, diperkirakan
telah terjadi 20 hingga 40 tabrakan kapal selam dilaut. Insiden berbahaya yang
melibatkan kapal selam bahkan juga terjadi antar sesama negara sekutu didunia setelah
perang dinin, seperti bentrokan yang berpotensi menimbulkan bencana antara
kapal bersenjata nuklir Inggris dan Prancis pada tahun 2009.
Resiko yang memicu konflik nuklir masih rendah,
namun bisa saja terjadi karena negara seperti China dan India baru pertama
kalinya menempatkan senjata nuklir jarak jauh dikapal selam dengan awak yang
belum terlalu berpengalaman dalam latihan dan doktrin nuklir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar