AS-565 Panther Photo: Airbus Helicopters |
Airbus baru-baru ini mengumumkan, telah ditunjuk untuk
menyediakan sebanyak 11 helikopter AS-565 MBE Panther untuk TNI Angkatan Laut.
Helikopter akan dioperasikan dari darat maupun kapal laut dan berperan
melakukan misi anti kapal selam. Sebelum diterima TNI AL helikopter akan
dilengkapi dengan perangkat misi ASW di Indonesia. Perangkat misi termasuk Long
Range Active Sonar (HELRAS) yang dicelupkan kedalam laut serta sistem
peluncuran terpedo.
HELRAS DS-100 yang diproduksi L-3 terdiri dari array
transimer vertikal dengan tujuh elemen proyektor dan array receiver dengan
delapan lengan pendorong hidrolik berdiameter 2.6 meter ketika digunakan,
dengan bobot sistem mencapai 350kg. AS-565 dikonfigurasi untuk dapat membawa
Raytheon Mk-46 maupun Whitehead A.244 atau terpedo ASW ringan.
HELRAS DS-100. Photo: L-3 Systems |
DS-100 merupakan versi 1,38kHz dari sonar celup
AQS-18A yang mampu beroperasi dikedalaman hingga 500 meter serta dirancang untuk
pengawasan dan pencarian dibawah air untuk jangka waktu yang lama. Selain itu
DS-100 menggunakan pengolahan doppler resolusi tinggi dan pulsa berbentuk
memanjang yang dapat mendeteksi kapal selam bahkan dengan kecepatan sangat
rendah atau mendekati sinyal dopler zero.
Menurut L3, DS-100 dapat diandalkan untuk redeteksi,
menentukan lokasi dan senjata yang dikirim untuk menghadapi kapal selam dilaut
dalam maupun dangkal. HELRAS digunakan oleh beberapa jenis helikopter, termasuk
milik angkatan laut Italia EH-101 dan SH-3. Salah satu versi dari sistem
tersebut juga digunakan varian ASW European NH-90.
Sementara helikopter Panther menurut Philippe Monteux
pimpinan Airbus Helicopter kawasan Asia Pasifik, kini menjadi salah satu
platform senjata pertempuran anti kapal perang paling canggih didunia, yang
mampu beroperasi dari korvet maupun fregat ukuran kecil. Kemampuan Panther ASW
sangat sesuai dengan kebutuhan berbagai negara dikawasan Asia Pasifik.
Meski Panther sudah tersedia selama bertahun-tahun,
kontrak baru dengan Indonesia merupakan penetrasi pertama dipasar Asia. Alasan
lambatnya memasuki pasar tersebut kemungkinan karena persaingan dari China yang
membangun Harbin Z-9 berbasis varian sipil SA-565 Dauphin. Selain digunakan
angkatan laut China, Z-9 dioperasikan oleh Kamboja, Laos dan Pakistan.
Pesanan ini memperpanjang daftar arsenal TNI dari
Airbus Helicopters untuk kebutuhan militer. TNI saat ini mengoperasikan
helikopter ringan EC120 Colibri untuk pelatihan, Fennec dan BO-105 sebagai
helikopter serang ringan, serta Puma dan Super Puma yang dioperasikan oleh AU.
TNI AU juga akan segera memperoleh helikopter EC725 untuk misi pencarian dan
penyelamatan.
Sedangkan PT Dirgantara Indonesia (PT. DI) menjadi
mitra strategis Airbus yang terlibat dalam berbagai program, termasuk pesawat
angkut militer C-295. Perjanjian tersebut dijamin oleh PT. DI yang telah
menjalin kerjasama dan aliansi dengan Airbus Helicopter sejak lama. Pimpinan PT
DI Budi Santoso mengungkapkan, kontrak baru menunjukkan kekuatan dan kemitraan
saling menguntungkan antara perusahaan dengan Eurocopter Group. Bersama-sama,
kami dapat mengidentifikasi dan memberikan solusi paling modern dan hemat biaya
bagi pemerintah Indonesia sekaligus makin meningkatkan kemampuan industri
Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar