Rabu, 12 November 2014

Laut Indonesia Akan Dijaga 11 Panther dengan Sonar Canggih


AS-565 Panther Photo: Airbus Helicopters

Airbus baru-baru ini mengumumkan, telah ditunjuk untuk menyediakan sebanyak 11 helikopter AS-565 MBE Panther untuk TNI Angkatan Laut. Helikopter akan dioperasikan dari darat maupun kapal laut dan berperan melakukan misi anti kapal selam. Sebelum diterima TNI AL helikopter akan dilengkapi dengan perangkat misi ASW di Indonesia. Perangkat misi termasuk Long Range Active Sonar (HELRAS) yang dicelupkan kedalam laut serta sistem peluncuran terpedo.

HELRAS DS-100 yang diproduksi L-3 terdiri dari array transimer vertikal dengan tujuh elemen proyektor dan array receiver dengan delapan lengan pendorong hidrolik berdiameter 2.6 meter ketika digunakan, dengan bobot sistem mencapai 350kg. AS-565 dikonfigurasi untuk dapat membawa Raytheon Mk-46 maupun Whitehead A.244 atau terpedo ASW ringan.

HELRAS DS-100. Photo: L-3 Systems
DS-100 merupakan versi 1,38kHz dari sonar celup AQS-18A yang mampu beroperasi dikedalaman hingga 500 meter serta dirancang untuk pengawasan dan pencarian dibawah air untuk jangka waktu yang lama. Selain itu DS-100 menggunakan pengolahan doppler resolusi tinggi dan pulsa berbentuk memanjang yang dapat mendeteksi kapal selam bahkan dengan kecepatan sangat rendah atau mendekati sinyal dopler zero.

Menurut L3, DS-100 dapat diandalkan untuk redeteksi, menentukan lokasi dan senjata yang dikirim untuk menghadapi kapal selam dilaut dalam maupun dangkal. HELRAS digunakan oleh beberapa jenis helikopter, termasuk milik angkatan laut Italia EH-101 dan SH-3. Salah satu versi dari sistem tersebut juga digunakan varian ASW European NH-90.

Sementara helikopter Panther menurut Philippe Monteux pimpinan Airbus Helicopter kawasan Asia Pasifik, kini menjadi salah satu platform senjata pertempuran anti kapal perang paling canggih didunia, yang mampu beroperasi dari korvet maupun fregat ukuran kecil. Kemampuan Panther ASW sangat sesuai dengan kebutuhan berbagai negara dikawasan Asia Pasifik.

Meski Panther sudah tersedia selama bertahun-tahun, kontrak baru dengan Indonesia merupakan penetrasi pertama dipasar Asia. Alasan lambatnya memasuki pasar tersebut kemungkinan karena persaingan dari China yang membangun Harbin Z-9 berbasis varian sipil SA-565 Dauphin. Selain digunakan angkatan laut China, Z-9 dioperasikan oleh Kamboja, Laos dan Pakistan.

Pesanan ini memperpanjang daftar arsenal TNI dari Airbus Helicopters untuk kebutuhan militer. TNI saat ini mengoperasikan helikopter ringan EC120 Colibri untuk pelatihan, Fennec dan BO-105 sebagai helikopter serang ringan, serta Puma dan Super Puma yang dioperasikan oleh AU. TNI AU juga akan segera memperoleh helikopter EC725 untuk misi pencarian dan penyelamatan.

Sedangkan PT Dirgantara Indonesia (PT. DI) menjadi mitra strategis Airbus yang terlibat dalam berbagai program, termasuk pesawat angkut militer C-295. Perjanjian tersebut dijamin oleh PT. DI yang telah menjalin kerjasama dan aliansi dengan Airbus Helicopter sejak lama. Pimpinan PT DI Budi Santoso mengungkapkan, kontrak baru menunjukkan kekuatan dan kemitraan saling menguntungkan antara perusahaan dengan Eurocopter Group. Bersama-sama, kami dapat mengidentifikasi dan memberikan solusi paling modern dan hemat biaya bagi pemerintah Indonesia sekaligus makin meningkatkan kemampuan industri Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar