Selasa, 18 November 2014

J-31 Pesawat Tempur Mirip F-35 Hasil Spionase Cyber


Pesawat Tempur Siluman China J-31 Saat Tampil di China Airshow 2014 Foto: Wall Street Journal

Saat presiden China Xi Jian Ping menjamu para pemimpin dunia di Beijing hari Kamis kemarin, militer China memulai debut resmi pesawat tempur siluman terbaru J-31 diwilayah selatan Kota Zhuhai. Waktunya menurut Wall Street Journal sangat berani, mengingat J-31 merupakan cetak biru rahasia pesawat tempur siluman F-35 hasil operasi spionase cyber China yang kabarnya, berhasil mencuri terabyte data mengenai desain dan kemampuan operasional F-35.

WSJ menyebutkan, J-31 merupakan bentuk paling nyata dari spionase cyber China yang menargetkan militer, pemerintah dan ekonomi AS. Mulai dari Pentagon hingga Los Alamos, pipa minyak hingga pembangkit listrik maupun Google hingga Coca-Cola.  Militer China mencuri data F-35 dengan menghack sistem kontraktor pertahanan raksasa Lockheed Martin serta sedikitnya enam subkontraktor.  Kini China merupakan satu-satunya negara selain AS yang membangun dua pesawat tempur Siluman yaitu J-31 dan J-20 yang memulai debutnya pada 2011.

AS mengungkapkan, tidak pernah kehilangan data control penerbangan paling sensitif dari F-35 karena disimpan secara offline. Kemungkinan hanya sedikit teknologi yang diperoleh China dari hasil pencurian tersebut. J-31 tidak memiliki material dan elektronik yang dibutuhkan untuk membuatnya mampu mengelak maupun menyerap gelombang radar, pelatihan pilot yang masih rendah serta menggunakan mesin lemah buatan Rusia.

Namun pejabat AS tetap mengakui bahwa mereka mengalami kerugian sangat besar. Keith Alexander pimpinan Cyber Command AS tahun lalu mengungkapkan, anggaran mencapai 400 milyar USD dari pembayar pajak AS telah dihabiskan untuk mengembangkan F-35 selama dua dekade. Jumlahnya kemudian meningkat bukan hanya desain ulang dan keterlambatan, juga kerugian karena kegiatan hacking China. Nilai pencurian tersebut dianggap sebagai transfer terbesar dalam sejarah.

Sementara ancaman paling akut ialah tentara AS yang tetap mengandalkan jaringan cyber aman untuk bertahan hidup. Dewan pertahanan dan lembaga AS lainnya telah memperingatkan tentang upaya China baru-baru ini untuk membuat turunan persenjataan canggih milik AS seperti Thaad, Pac-3 dan sistem pertahanan misil Aegis, helikopter Black Hawk, pesawat tempur F/A-18 dan F-22, pesawat tilt-rotor Osprey, Littoral Combat Ship dan banyak lainnya.

Kegiatan China tersebut menurut WSJ kemungkinan terus berlanjut karena bisa diperoleh tanpa biaya besar.  Karena kabarnya, tidak ada yang berubah dalam 20 bulan terakhir sejak National Security Advisor AS pimpinan Tom Donilone mendeklarasikan penghentian gangguan cyber yang dilakukan China sebagai agenda utama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar