Pesawat Tempur Siluman China J-31 Saat Tampil di China Airshow 2014 Foto: Wall Street Journal |
Saat presiden China Xi Jian Ping menjamu para pemimpin
dunia di Beijing hari Kamis kemarin, militer China memulai debut resmi pesawat
tempur siluman terbaru J-31 diwilayah selatan Kota Zhuhai. Waktunya menurut
Wall Street Journal sangat berani, mengingat J-31 merupakan cetak biru rahasia
pesawat tempur siluman F-35 hasil operasi spionase cyber China yang kabarnya,
berhasil mencuri terabyte data mengenai desain dan kemampuan operasional F-35.
WSJ menyebutkan, J-31 merupakan bentuk paling nyata
dari spionase cyber China yang menargetkan militer, pemerintah dan ekonomi AS. Mulai
dari Pentagon hingga Los Alamos, pipa minyak hingga pembangkit listrik maupun
Google hingga Coca-Cola. Militer China
mencuri data F-35 dengan menghack sistem kontraktor pertahanan raksasa Lockheed
Martin serta sedikitnya enam subkontraktor.
Kini China merupakan satu-satunya negara selain AS yang membangun dua
pesawat tempur Siluman yaitu J-31 dan J-20 yang memulai debutnya pada 2011.
AS mengungkapkan, tidak pernah kehilangan data control
penerbangan paling sensitif dari F-35 karena disimpan secara offline. Kemungkinan
hanya sedikit teknologi yang diperoleh China dari hasil pencurian tersebut.
J-31 tidak memiliki material dan elektronik yang dibutuhkan untuk membuatnya
mampu mengelak maupun menyerap gelombang radar, pelatihan pilot yang masih
rendah serta menggunakan mesin lemah buatan Rusia.
Namun pejabat AS tetap mengakui bahwa mereka mengalami
kerugian sangat besar. Keith Alexander pimpinan Cyber Command AS tahun lalu
mengungkapkan, anggaran mencapai 400 milyar USD dari pembayar pajak AS telah
dihabiskan untuk mengembangkan F-35 selama dua dekade. Jumlahnya kemudian
meningkat bukan hanya desain ulang dan keterlambatan, juga kerugian karena
kegiatan hacking China. Nilai pencurian tersebut dianggap sebagai transfer
terbesar dalam sejarah.
Sementara ancaman paling akut ialah tentara AS yang
tetap mengandalkan jaringan cyber aman untuk bertahan hidup. Dewan pertahanan
dan lembaga AS lainnya telah memperingatkan tentang upaya China baru-baru ini
untuk membuat turunan persenjataan canggih milik AS seperti Thaad, Pac-3 dan
sistem pertahanan misil Aegis, helikopter Black Hawk, pesawat tempur F/A-18 dan
F-22, pesawat tilt-rotor Osprey, Littoral Combat Ship dan banyak lainnya.
Kegiatan China tersebut menurut WSJ kemungkinan terus
berlanjut karena bisa diperoleh tanpa biaya besar. Karena kabarnya, tidak ada yang berubah dalam
20 bulan terakhir sejak National Security Advisor AS pimpinan Tom Donilone mendeklarasikan
penghentian gangguan cyber yang dilakukan China sebagai agenda utama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar