Minggu, 16 November 2014

Klaim Teritorial Laut China Selatan Bisa Memicu Konfrontasi



Laut China Selatan

Presiden AS Barrack Obama hari Sabtu kemarin memperingatkan munculnya konflik langsung di Asia, karena klaim sepihak yang dilakukan China memunculkan perlawanan atas wilayah yang disengketakan. Namun Washington berjanji akan terus mengawal wilayah tersebut.

Obama dalam pidatonya di Brisbane University of Queensland menegaskan, poros kebijakan AS kembali ke Asia merupakan kenyataan yang harus dihadapi. Obama juga sempat membahas mengenai pertemuan KTT G20, sekaligus melihat kemajuan ekonomi yang luar biasa terjadi di Asia Tenggara sejak perang dunia II.

Menurut Obma, dismping dinamika tersebut ada bahaya nyata yang bisa menghambat kemajuan ini. Sengketa atas wilayah pulau-pulau terpencil dan batas wilayah menjadi ancaman negara kawasan berujung terjadinya konfrontasi. China terjebak dalam sengketa dengan empat negara Asia Tenggara mengenai batas wilayah laut China Selatan dan dengan Jepang  untuk sejumlah pulau.

Obama kembali mengulangi desakannya terhadap Beijing saat bebicara dengan presiden China XI Jin Ping. AS menyambut baik kebangkitan China asalkan diperoleh dengan cara-cara damai dan bertanggung jawab. China harus mematuhi aturan yang sama dengan negara-negara lain, baik dalam hal perdagangan maupun klaim wilayah laut.

Ia menambahkan, AS akan terus menjadi penengah bila terjadi perselisihan dengan Beijing. Situasi keamanan yang efektif harus didasarkan bukan karena pengaruh kawasan, paksaan atau intimidasi dimana negara-negara menggertak negara kecil, namun karena aliansi yang dibangun dengan rasa saling menghormati.

Empat negara yang tergabung dalam ASEAN yaitu Brunei, Malaysia, Filipina dan Vietnam saling mengklaim wilayah  dilaut China Selatan, sebuah jalur pelayaran utama yang diyakini kaya deposit gas alam. Namun China mengklaim hampir semua wilayah tersebut, termasuk perairan dekat wilayah pantai negara tetangga yang lebih lemah.

Pada awal tahun serangkaian insiden yang dipimpin Vietnam dan Filipina terjadi untuk mengutuk tindakan agresi China dilautan, sehingga hubungan dengan Beiking terjun ketitik nadir.

Dalam upaya meredakan ketegangan regional, Li menawarkan pinjaman hingga 20 milyar USD, hotline telpon dan kemungkinan mengikat perjanjian persahabatan dengan negara-negara ASEAN. Hotline masuk dalam proposal dalam pembicaraan tingkat menengah antara para pejabat China dan negara ASEAN yang mengikat secara hukum dalam meredakan ketegangan di Laut China Selatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar